Masjid Laweyan
Masjid Pertama di Kota Solo
Tidak seperti masjid lain yang mempunyai nama berbau Islam, masjid yang berada tepat di depan sungai ini mempunyai nama sesuai dengan nama daerah didirikannya, yaitu Laweyan termasuk daerah yang cukup penting. Selain lokasinya yang cukup dekat dengan Ibu Kota Kerajaan Pajang, hanya sekitar tiga km, juga karena menjadi pusat perekonomian khususnya bagi warga pedesaan sekitar Laweyan.
Banyak faktor yang menjadikan Masjid Laweyan mengandung nilai historis. Masjid yang telah berusia lebih dari empat abad ini, merupakan masjid pertama di kota Solo. Tahun pendiriannya tidak dapat dipastikan, tetapi yang jelas dibangun pada masa Kerajaan Pajang, sekitar tahun 1550 M.
Keberadaan Masjid Laweyan bermula dari hijrahnya Kiai Ageng Anis (menurut sebagian buku, termasuk di makam, tertulis Ngenis bukan Anis) dari Selo ke Pajang. Menurut Babad Tanah Jawi, ia mulai bermukim di Laweyan pada tahun 1540, sedangkan pendirian masjid berlangsung selang beberapa tahun setelah kedatangannya itu.
Sebagai penganut Islam, Kiai Ageng Anis turut berperan dalam mengembangkan Islam. Dan, untuk melancarkan misinya, ia men- dirikan sebuah masjid yang juga berfungsi sebagai markas kegiatannya. Di Masjid Laweyan inilah diadakan sejenis pengajian-pengajian, shalat Jumat, dan kegiatan dakwahnya.
Konon, di sekitar masjid tersebut, pada mulanya hidup seorang pendeta Hindu yang mempunyai murid cukup banyak. Kiai Ageng Arm menjalin persahabatan yang akrab dengannya. Sebelum mendirikan masjid, ia sering berkunjung bahkan melakukan shalat di tempat pendeta Hindu tersebut. Dan, bermula dari persahabatan ini, akhirnya pendeta tadi beserta murid-muridnya masuk Islam. Kiai Ageng Beluk. begitulah nama bekas pendeta Hindu yang akhimya menjadi seorang muslim berkat dakwah Kiai Ageng Anis.
Kiai Ageng Anis sendiri, sebenamya termasuk tokoh yang cukup penting. Putranya yang bernama Ki Ageng Pemanahan merupakan pendiri Dinasti Mataram, tetapi entah karena alasan apa sejarah ayahnya ini kurang terungkap.
Masjid yang didirikan Kiai Ageng Anis sampai saat ini masih dapat disaksikan, berdiri kokoh di depan makamnya di daerah Laweyan. Ya patut disayangkan, karena telah mengalami beberapa kali perbaikan, bentuk asli Masjid Laweyan tidak dikenali lagi.
Secara umum bentuk yang ada saat ini tampak biasa-biasa saja, Beratap tumpang atau tingkat, mempunyai serambi dan ciri-ciri lain sebagaimana masjid lazimnya. Karena letak bangunan masjid yang berada sekitar dua meter dari atas tanah, membuat masjid ini tampak kian “berwibawa”.
Karena tahun pendirian yang relatif dekat dengan pendirian Masjid Agung Demak, lokasi yang dekat dengan kerajaan, dan tahun pendirian pada masa Kerajaan Pajang, menjadikan masjid ini sangat penting dari segi historis.