Masjid Kampus UGM
Kombinasi Keindahan dan Pemaknaan Monumental
Selain sebagai tempat ibadah, masjid memiliki fungsi sosiokultural yang beragam, antara lain media komunikasi masyarakat setempat, tempat pelaksanaan berbagai kegiatan kemasyarakatan, dan simbol suatu momentum.
Masjid Kampus Universitas Gadjah Mada (UGM) adalah salah satunya. Di samping sebagai wahana ibadah para civitas akademikanya, masjid megah ini merupakan monumen 50 tahun UGM. Tidak hanya itu, proses awal pembangunannya yang bertepatan dengan peristiwa reformasi 1998 diyakini sebagai simbol kegiatan reformasi di kampus yang memang banyak melahirkan aktivis reformasi tersebut.
Masjid UGM berdiri di lahan bekas kompleks pemakaman Cina milik Keraton Yogyakarta. Masjid di atas lahan seluas 2,8 hektar tersebut mengambil elemen joglo untuk menegaskan identitas tradisional Jawa. Elemen ini dipadukan dengan gaya arsitektural keindonesiaan dan arsitektural keislaman ala Timur Tengah seperti Turki, Nabawi, Masjidil Haram, dan Syiah.
Masjid ini memiliki dua gerbang. Gerbang utama setinggi 14 meter yang terletak di sebelah timur UGM ini mengadopsi desain megah salah satu universitas di Hongaria. Adapun di gerbang barat, motif bintang segi delapan menjadi ornamen penghiasnya.
Memasuki gerbang timur, kolam yang berfungsi sebagai reflektor untuk menambah keindahan visual bangunan masjid akan menyambut jamaah. Kolam yang terinspirasi kolam di Taj Mahal India ini dilengkapi oleh pancuran yang sangat indah.
Keterbukaan sebagai semangat reformasi tampaknya juga dihayati oleh masjid ini. Hal itu tercermin dari akses masuk masjid yang sangat mudah karena tersedia banyak pintu dan ketiadaan dinding di lantai pertama.
Di bagian dalam, interior didominasi warna emas sebagai perlambang monumen 50 tahun UGM, dipadukan dengan warna merah dan hijau. Kombinasi tiga warna tersebut dapat dilihat di bagian lantai dan pilar- pilar penyangga masjid. Di setiap pilar terdapat ornamen kaligrafi. Di pilar selatan terdapat kaligrafi QS. At-Taubah: 19, pilar timur QS. Al-A’raaf: 28, pilar utara berisi hadis tentang ketakwaan, dan di pilar timur kaligrafi QS. Al- Mujaadilah: 11.
Penggunaan material marmer Italia (verde patricia) di bagian dinding dan marmer yang berasal dari berbagai wilayah Indonesia di bagian lantai membuat hawa sejuk menyelimuti masjid. Khusus untuk dinding depan mihrab, batu alam dari India memberi nuansa gelap merah kehijauan yang elegan. Di bagian mihrab ini, motif sarang lebah bernuansa biru yang diilhami mihrab Masjid Syiah di Irak menjadi santapan visual yang sangat indah. Di bagian bawah ornamen sarang lebah terdapat kaligrafi QS. An-Nuur: 35, sedangkan di mimbar khotbah tertulis kaligrafi QS. Fushshilat: 33. Kaligrafi ini tepat di atas kombinasi keramik asal Brazil yang memberi efek kontras dengan batu India yang gelap.
Masjid terdiri dari dua lantai dengan menyisakan void di bagian tengah atas yang dipasangi sebuah lampu gantung dari kuningan bergaris tengah lima meter. Lampu yang terdiri dari 32 lampu kecil ini terinspirasi oleh lampu gantung di Blue Mosque Turki.
Memandang semua detail membentuk kemegahan masjid ini, serta luas wilayah yang digunakan tak heran jika Masjid Kampus UGM dinobatkan sebagai masjid kampus terbesar dan termegah di Asia Tenggara.