Masjid Jami An Nawier Pekojan

Menjadi Monumen Bersejarah dan Objek Wisata

masjid jami an nawier pekojan depan

Keberadaan Masjid Jami an-Nawier atau yang lebih dikenal sebagai Masjid Jami Pekojan di Batavia atau Jakarta tempo dulu ini, tidak dapat dilepaskan dari kiprah perjuangan pendirinya, bemama Komandan Dahlan. Ia adalah seorang tokoh ulama yang sangat disegani pada masanya. Kini, makamnya terletak di sebelah utara masjid, dikelilingi batu-batu besar pahatan abad ke-18.

Oleh karena itu, tidak heran, Masjid Jami Pekojan yang terletak di Kampung Pekojan, Jakarta Barat ini, mempunyai hubungan yang sangat erat dengan masjid kuno di Keraton Surakarta dan Banten pada masa- masa Islam.

Satu contoh, jika ada yang meninggal dunia dari kalangan keluarga Sultan Solo atau juga para ulama di Solo, maka berita duka cita itu disampaikan pula ke Masjid Jami Pekojan ini. Kemudian, Segenap pengurus dan jamaah Masjid Jami Pekojan melaksanakan sbalat gaib dan berdoa bagi mereka yang wafat, begitu pun sebaliknya. Hal semacam ini tidak pemah dilakukan oleh masjid-masjid lain di Jakarta. Sedangkan, hubungannya dengan Masjid Maulana Hasanuddin di Banten dapat dibuktikan dengan seringnya masjid ini mendapat kunjungan dari para alim ulama Banten.

Di sekitar masjid ini pun masih terdapat makam-makam tua yang diperkirakan makam dari para ulama besar pada masanya. Dengan adanya makam itu, Masjid Jami Pekojan ini seringkali diziarahi banyak orang. Dilihat dari batu nisan yang terdapat di sekitar masjid ini, jelas terlihat bahwa makam-makam itu adalah makam dari para pejuang atau para ulama yang berpengaruh pada masanya. Sangat disayangkan, tanda- tanda berupa tulisan dan ukir-ukiran pada nisan makam-makam tersebut sudah mulai licin, sehingga tidak terbaca lagi, terhapus oleh erosi alamiah.

Monumen Bersejarah

Masjid Jami Pekojan ini merupakan salah satu masjid tua dan berperan di Jakarta, serta sangat besar pengaruhnya pada penvebaran agama Islam pada masa yang lampau. Konon, masjid ini merupakan induk dari masjid-masjid di sekitamya. Setiap Jumat tidak kurang dari 2000 jamaah sbalat di masjid ini.

Kalau kita memasuki Masjid Jami Pekojan maka pada arah kiblatnya akan terlihat sebuah mimbar yang cukup antik. Mimbar tersebut merupakan hadiah dari salah seorang Sultan Pontianak satu abad yang silam. Dari bentuk dan corak ukirannya menunjukkan bahwa mimbar itu dibuat pada abad ke-18, dan sampai sekarang masih tetap terpelihara.
Pada akhir-akhir ini telah banyak mengalami perubahan, Namun demikian, tidak mengurangi kesan kekunoannya, baik dilihat dari corak arsitekturnya maupun nilai sejarahnya.

Di sebelah timur masjid, terdapat sebuah SDI (Sekolah Dasar Islam) dan PGAP yang dikelola oleh takmir (pengurus) Masjid Jami Pekojan yang selalu berganti secara periodik.

Mengingat banyak jamaah yang tidak tertampung di masjid ini maka pengurus masjid mengusahakan terus penambahan ruangan. Alhamdulillah, kini pihak Pemerintah DKI Jakarta melalui Dinas Museum dan Sejarah DKI, ikut ambil bagian pada perbaikan dan pemeliharaan masjid.  Pada Pelita II tahun 1970-1971 telah dilakukan pemugaran dan masih tampak menarik.

Langkah Pemda DKI Jakarta ini dilakukan mengingat pentingnya penyelamatan bangunan bersejarah itu yang termasuk salah satu monument atau peninggalan sejarah yang sangat berharga bagi kepentingan ilmu pengetahuan pada masa sekarang dan mendatang. Salainitu, berarti pula menambah objek wisata di kota metropolitan Jakarta.

masjid jami an nawier pekojan depan