Masjid Agung Al Karomah

Kilau Sejarah dan Modernitas di Kota Intan

masjid agung al karomah depan

Kota Martapura merupakan ibukota Kabupaten Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan, dan dikenal sebagai penghasil intan. Tak heran, salah satu ikon kota ini adalah pasar intan yang telah terkenal hingga ke dunia internasional.

masjid agung al karomah depanSelain sebagai penghasil intan, Martapura pun dikenal sebagai kota yang religius. Sebagian penduduk Martapura merupakan keturunan Arab, sehingga lumrah jika di sana berdiri sebuah masjid yang sangat megah nan mewah, Masjid Agung Al-Karomah.

Masjid Agung Al-Karomah merupakan masjid terbesar di Provinsi Kalimantan Selatan. Letak masjid yang berada di jalan nasional antarkota pun semakin menegaskan keberadaan masjid sebagai landmark dan pusat kegiatan religi di wilayah setempat.

Menurut hikayat, masjid yang pada awalnya bernama Masjid Jami’ Martapura ini selain sebagai pusat kegiatan keagamaan juga berfungsi sebagai markas dan benteng pertahanan saat era kolonial Belanda. Dalam perkembangannya, masyarakat sekitar merasa perlu membangun masjid yang lebih besar dan repsentatif.

Pada awal berdirinya, bangunan masjid ini terinspirasi dari bentuk bangunan Masjid Agung Demak. Kala itu proses pembangunan masjid cukup unik karena menggunakan miniatur yang dibawa oleh utusan desa. Miniatur itu memiliki ukuran skala yang akurat sehingga mudah menyesuaikan dengan bentuk bangunan sebenarnya.

Masjid Jami’ mulai dibangun dengan ditandai oleh pencarian kayu ulin hingga ke daerah Barito, Kalimantan Tengah. Kayu ulin ini digunakan sebagai tiang soko guru. Tiang ini berjumlah empat buah dan berfungsi sebagai pelingkup ruang cella atau ruang keramat yang terletak tepat di depan ruang mihrab. Hingga saat ini, empat tiang itu masih berdiri kokoh. Untaian bunga pada bagian badan menjadi pembeda keempat tiang ini dengan tiang lainnya.

Selain tiang soko guru, beberapa peninggalan sejarah pada detail bangunan pun masih digunakan hingga sekarang. Salah satunya adalah mimbar yang telah berusia lebih dari satu abad. Mimbar ini berbentuk panggung dengan elemen hias ukiran untai kembang.

Hingga saat ini masjid telah direnovasi besar tiga kali, terakhir pada tahun 2004. Masjid dipugar dan dibentuk dengan inspirasi gaya modern Eropa, Timur Tengah, dan Nusantara dalam hal ini gaya tradisional Demak.

Masjid Jami’ resmi berubah nama menjadi Masjid Agung Al-Karomah yang berarti “kemuliaan” pada 12 Rabiul Awal 1415 H atau bertepatan dengan 23 Mei 1994 dalam perayaan Maulid Nabi Besar Muhammad Saw.
Sebuah kemuliaan yang memadukan semangat modernitas dan tetap mempertahankan nilai sejarah pada bangunan masjid ini menjadikannya sebagai pendamping setia proses perkembangan sosial kemasyarakatan di Martapura.

masjid agung al karomah depan