Masjid Raya Labuhan Medan
Kubah dari Tembaga, Lampu Kandilnya dari Andalusia
Masjid ini termasuk kebanggaan masyarakat kota Medan, karena di samping berfungsi sebagai rumah ibadah, masjid ini juga termasuk monumen sejarah peninggalan Kerajaan Islam Melayu di tanah Deli, Sumatra Utara. Di kalangan masyarakat, masjid ini lebih dikenal dengan nama Masjid Raya Labuhan.
Didirikan pada 1824 oleh Sultan Deli yang bernama Sultan Mahmud. Semula hanya berukuran 16 m x 16 m dan hampir seluruhnya terbuat dari kayu. Enam puluh tahun kemudian, tepatnya tahun 1884, ketika Kesultanan Deli diperintah oleh Sultan Mahmud Rasyid, Masjid Raya Labuhan Deli ini dipugar dan sekaligus dibangun secara permanen Ukurannya pun diperluas sehingga menjadi 26 m x 26 m dan dapat menampung seribu orang jamaah. Yang cukup unik, kubahnya dibuat dari tembaga.
Semasa Kerajaan Melayu Deli masih berjaya, seluruh pembiayaan dan pemeliharan masjid ini menjadi tanggungan kas kerajaan. Di masjid inilah pada waktu-waktu tertentu sering disinggahi sultan-sultan Deli untuk shalat Jumat ataupun shalat Hari Raya (Idul Fitri dan Idul Adha). Pada Hari Raya Haji atau Idul Adha, Sultan Deli biasanya menyumbangkan beberapa ekor sapi dan kambing untuk disembelih dan di¬sedekahkan kepada fakir miskin kawula negeri Deli.
Termasuk pada hari-hari besar Islam, seperti Maulud Nabi Muhammad saw., Isra Mikraj, dan Nuzulul Qur’an, selalu diperingati secara megah tanpa mengurangi kekhidmatan dan kekhusyuannya. Pada peringatan Maulud Nabi yang biasanya diadakan pada malam hari, Masjid Raya ini menjadi semakin indah dan mempesona kerena masjid dihiasi dengan lampu-lampu kandil buatan Andalusia, Spanyol.
Setelah dibangun permanen pada tahun 1884, masjid ini telah tiga kali mengalami perbaikan (rehab). Pertama, tahun 1927 oleh Deli Maatscapij, sebuah perusahaan kongsi antara kesultanan Deli dan Belanda. Kedua, 21 tahun setelah berdirinya Republik Indonesia, tepat¬nya tahun 1966, masjid ini kembali direhab oleh Walikota Medan.
Sampai hari ini kita masih dapat menyaksikan bangunan Masjid Raya Labuhan yang anggun dengan arsitektur campuran. Tiang-tiang dan serambinya mengingatkan kita pada arsitektur Cordoba pada zaman keemasan Islam di Andalusia, Spanyol. Sedangkan, kubahnya yang terbuat dari tembaga adalah khas bentuk kubah masjid di negeri- negeri melayu.