Masjid Lamo Kerinci
Menjadi Situs Sejarah
Masjid Lamo yang dapat Anda lihat dalam gambar, merupakan. sebuah masjid tua yang berlokasi di Kelurahan Lempur Tengah Kecamatan Gunung Raya, Kabupaten Kerinci, Jambi. Dinamai Masjid Lamo, karena masjid ini memang berusia tua, namun tidak diketahui tahun pembuatannya. Yang jelas, arsitektumya memang mengesankan. masjid ini terkesan tua.
Sulaiman, sesepuh dan Thalib Duko, selaku juru pelihara Masjid Lamo ini tidak berani memastikan kapan Masjid Lamo ini dibangun. Ia hanya mengungkapkan, sejarah Masjid Lamo ini diawali dengan menghadapnya Rajo Elok bergelar Indra Bangsawan Syah dari Bone Gunung Ledang (tidak diketahui di mana Bone Gunung Ledang tersebut) dengan membawa sepucuk surat menuju Kerajaan Pagaruyung di daerah Minangkabau.
Sulaiman menuturkan, surat jalan yang dibawa Raji Elok itu ditulis dengan huruf Arab. Itu menunjukkan bahwa Islam sudah berkemban di Sumatra, karena surat jalan ini dibuat sekitar tahun 1700 H. Sedangkan, agama Islam masuk ke Nusantara abad ke-13. Surat jalan itu cukup panjang. Pada zaman itu, surat ini digunakan untuk berkhotbah bagi para khatib atau ulama, guna penyebaran Islam ke seluruh wilayah Nusantara.
Masjid Lamo ini memang unik. Betapa tidak, masjid ini memiliki kubah berbentuk stupa dari batu, mirip stupa candi tanpa bulan bintang seperti lazimnya kubah masjid masa kini. Stupa itu tingginya sekitar satu meter dan beratnya sekitar 80 kg. Namun, puncak stupanya pemah mengalami kerusakan akibat gempa bumi yang amat dahsyat yang terjadi selama tiga hari pada tahun 1942.
Fondasinya terbuat dari batu kali yang bentuknya mirip batubata, namun amat keras. Sedangkan, lantainya terbuat dari kayu yang kuat dan tebal, serta tersusun rapi, meskipun di masa itu belum ada alat gergaji kayu seperti sekarang. Ukiran yang ada pada dinding masjid tampak antik. Motifnya berelung-elung berbentuk bunga, tidak dipengaruhi motif ukiran lain. Sedangkan, warna ukirannya irteng- gunakan campuran bahan baku alami, yaitu kunyit dan kapur. Dindiding masjid masih tampak kokoh, karena pakunya terbuat dari kayu yang berbentuk paku (sepaku).
Masjid Lamo ini mulanya beratap ijuk dan lapen ‘kayu’. Namun, pada tahun 1939 diganti dengan atap seng seperti sekarang ini. Masjid yang atapnya berbentuk limas ini memiliki empat buah tiang utama (sokoguru) yang disanggah oleh empat buah tiang pendamping. Masing-masing terletak di kanan-kiri dan depan-belakang, menjadikan
masjid kokoh dan bertahan. Baru pada akhir Januari 1994 masjid ini direhab oleh Pemda Jambi.
Situs Sejarah
Anton, seorang arkeolog dari Universitas Indonesia (UI) yang sedang melakukan penelitian di daerah ini, mengemukakan pen- dapatnya bahwa Masjid Lamo ini dibangun sekitar akhir abad ke-15 Pendapat itu didasarkan pada bentuk Masjid Lamo yang menyerupai arsitektur masjid kuno yang ada di Jawa—bercorak Hindu dengan atap limasnya.
Pada mihrabnya tertulis huruf Arab berwama merah, namun tidak diketahui siapa yang menulisnya serta tahun berapa penulisan itu dilakukan. Bahkan, tidak diketahui apakah tulisan itu masih baru atau sudah lama.
Jika Anda memasuki lokasi Masjid Lamo ini, Anda akan menemu- kan bacaan yang tertulis indah dan rapi berbunyi: situs Masjid Lame Lempur Tengah di bawah lindungan Depdikbud. Dilarang merusak mencoret, dan memindahkan, UU Nomor 5 tahun 1992. Bagi pelanggar diancam hukuman penjara.
Namun, di sana Anda juga akan temukan sebuah beduk tua berukuran kecil, yang usianya diperkirakan sama dengan usia Masjid Lamo ini. Halaman Masjid tampak asri dan tertata rapi. Namun amat disayangkan, masjid ini sepi dari siar dakwah Islam. Sebuah tantangan bagi kaum muslimin Kerinci.